Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Menurut Prof. Yuli Rahmawati, M.Sc., Ph.D

Pendidikan di Indonesia menghadapi paradoks menarik: survei internasional menunjukkan siswa Indonesia termasuk yang paling bahagia di sekolah. Namun, hasil asesmen internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment) tetap menunjukkan nilai yang stagnan atau menurun. Ini memunculkan pertanyaan penting: apa yang sebenarnya terjadi di ruang kelas kita?

Masalah Utama: Kesenjangan Berpikir Tingkat Tinggi

Data PISA menunjukkan sebagian besar siswa hanya mencapai level 1–3, artinya mereka menguasai pengetahuan dasar tapi lemah dalam high order thinking skills seperti analisis, penalaran, dan pemecahan masalah.

 

“Jangan-jangan kita mengajar belum membereskan level C1, tapi langsung melompat ke materi kompleks padahal fondasi kognitif anak-anak belum kokoh,” tutur Prof. Yuli Rahmawati, M.Sc., Ph.D., dari Tim Pengembangan Pembelajaran Mendalam Kemendikdasmen, dalam Seminar Nasional di UHAMKA Jakarta.

Ini menegaskan perlunya pendekatan yang memastikan fondasi pengetahuan dasar dikuasai sebelum siswa melangkah ke materi tingkat lanjut.

Penyebab dan Solusi

Keterbatasan waktu dan kurikulum padat membuat guru sering berhenti pada tahap hafalan dan pemahaman dasar. Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) menekankan:

     
  • Penguasaan konsep secara menyeluruh.
  •  
  • Penerapan dalam konteks nyata dan kehidupan sehari-hari.
  •  
  • Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
  •  
  • Refleksi pembelajaran untuk memastikan konsep benar-benar dipahami.

Dengan pendekatan ini, meski nilai PISA rendah, itu menjadi sinyal untuk mengubah metode mengajar: dari sekadar transfer informasi menjadi proses memberdayakan siswa berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah.


Narasumber: Prof. Yuli Rahmawati, M.Sc., Ph.D., Tim Pengembangan Pembelajaran Mendalam Kemendikdasmen, Seminar Nasional di UHAMKA, Jakarta.

Post a Comment

أحدث أقدم